Kehadiran anak dalam suatu keluarga adalah suatu penyempurna kebahagiaan yang sangat didambakan oleh setiap pasangan. Anak laki-laki dan anak perempuan sama saja demikian orang banyak memberikan nasehat. Namun ada kalanya jenis kelamin merupakan dambaan lain dari lahirnya seorang anak. Ada anak laki-laki dan ada anak perempuan dianggap akan lebih menyempurnakan kebahagiaan yang diperoleh. Banyak pasangan suami isteri hanya dikaruniai anak laki-laki saja atau anak perempuan saja. Bahkan tak jarang pasangan suami isteri yang tidak di karuniai anak.
Bagi sebagian kalangan seperti keluarga-keluarga Raja tentu lebih mendambakan kelahiran anak-laki-laki. Di kekaisaran Jepang yang paternalistic anak laki-laki adalah syarat mutlak untuk dapat menerusksn tahta kerajaan. Masalah anak laki-laki atau perempuan bisa menjadi masalah besar di Negara seperti jepang ini. Hal ini terkait dengan undang-undang di kekaisaran Jepang yang mensyaratkan laki-laki untuk menjadi kaisar jepang.
Dapatkah manusia memanipulasi kelahiran sehingga sesuai dengan jenis kelamin yang diinginkan. Di dunia kedokteran sebenarnya ada teknik tertentu yang diharapkan dapat meningkatkan rasio kelahiran seorang anak dengan jenis kelamin yang di harapkan. Namun ini juga tidak menjamin kelahiran sesuai dengan keinginan, karena sesungguhnya semua masih rahasia dari Allah SWT.
Secara Medis
Secara medis sepertinya sudah sering di bahas dibeberapa forum dan blog. Secara umum berhubungan erat dengan kondisi asam basa pada vagina. Jika kondisi vagina asam maka kemungkinan besar anak yang dilahirkan adalah perempuan, sedangkan dalam kondisi basa, kemungkinan nya anak lak-laki. Manipulasi keasaman dan kebasaan pada vagina dapat dilakukan dengan berbagai macam cara.Dari mulai pemberian soda kue yang dicampur dengan air sampai dengan cuka. Jika penetrasi dilakukan dekat dengan servix dan vagina dalam kondisi basa,maka kemungkinan besar anak yang dihasilkan adalah anak laki-laki. Jika Jika ejakulasi dilakukan jauh dari servix dan vagina dalam kondisi asam, maka kemungkinan besar akan dihasilkan anak perempuan. Namun semua ini hanyalah teori berdasarkan karakteristik sperma dan vagina, tidak bisa di jadikan patokan. Kenyataannya secara praktek, teknik ini juga seringkali mengalami kegagalan.
SecaraTradisional
Di kampungku ada suatu tradisi unik jika kita ingin mempunyai anak sesuai keinginan kita. Hal ini di alami sendiri oleh ibuku beberapa tahun yang lalu. Tahun 1979, saat itu ibuku mempunyai empat orang anak yang semuanya laki-laki. Pada saat itu ibuku sedang hamil 3 bulan dan mendambakan kelahiran anak perempuan diantara empat anak laki-lakinya. Seorang tetua dikampungku menyarankan untuk mengadakan Tradisi Tukar Centong. Tradisi ini lazim di lakukan untuk orang-orang yang mendambakan kehadiran seorang anak sesuai denagn jenis kelamin yang diinginkan. Centong yang di gunakan dalah centong yang terbuat dari kayu bukan dari plastic seperti yang biasa di pakai saat ini.
Tradisi ini mempertemukan dua keluarga yang mendambakan anak dengan jenis kelamin yang berbeda. Ibuku mendambakan kelahiran anak perempuan sedangkan keluarga pak Dayat mendambakan kelahiran anak laki-laki. Ibuku mempunyai empat orang anak semuanya laki-laki. Pak Dayat mempunyai 5 orang anak yang semuanya perempuan. Bu ningsih isteri pak dayat saat itu juga hamil 3 bulan.
Di pertemukanlah dua keluarga ini. Pada hari yang ditentukan masing-masing keluarga membawa sebuah centong nasi yang terbuat dari kayu. Serangkaian doa-doa pun dipanjatkan kemudian dilakukan pertukaran centong seperti layaknya pertukaran MOU (Memorandum of understanding) antara dua pihak. Ibuku menerima centong yang terbuat dari kayu rambutan sedangkan bu ningsih memperoleh centong yang terbuat dari kayu nangka. Segala ritual rela mereka jalani demi untuk mendapatkan anak sesuai dengan jenis kelamin yang di inginkan. Acara ditutup dengan pembacaan doa dan makan bersama.
Waktu pun terus berlalu, ibuku harap-harap cemas menanti kelahiran anak kelimanya. Akhirnya pada hari sabtu tanggal 23 September 1979, lahirlah adik ku, perempuan. Kebahagiaan saat itu begitu membuncah di dada ibuku. Lengkap sudah kebahagiaannya dalam berumah tangga. Lima anak, empat laki-laki dan ditutup oleh kelahiran anak perempuan yang di dambakan nya.
Lalu bagaimana dengan ibu ningsih?
Amazing, Ibu ningsih melahirkan anak laki-laki yang sangat di tunggu-tunggunya. Kebahagiaan pun menaungi rumah keluarga ini. Lima orang anak perempuan dan ditutup dengan seorang anak laki-laki. Doa syukur pun segera di panjatkan oleh kedua keluarga ini.
Ritual tradisional ini memang sudah sejak lama ada dikampungku, namun keberhasilannya pun tidak bisa seratus persen. Entah kebetulan saja atau bukan, yang jelas ibuku sudah membuktikan bahwa ritual tukar centong ternyata mampu menjawab penantiannya selama ini. Sudah banyak pasangan yang tertolong dengan tradisi ini. Meskipun ada juga yang mengalami kegagalan.
Kini ritual tukar centong yang terbilang unik ini sudah lama tidak dilakukan. Saat ini banyak pasangan muda yang tidak terlalu mempersoalkan jenis kelamin anak nya, laki-laki atau perempuan sama saja. Sehingga tradisi inipun sudah semakin jarang dilakukan. Jumlah anak dalam satu keluarga pun semakin sedikit. Saat ini dalam satu keluarga paling ada 2 sampai 3 anak saja.
Cara apapun yang dilakukan oleh manusia dalam berihtiar, sejatinya hanya Allah SWT yang mempunyai kekuasaan untuk mementukan jenis kelamin tiap mahluk yang di lahirkan kebumi. Manusia hanya berusaha, Tuhan yang menentukan.
0 komentar:
Post a Comment
Tolong kasih masukan...