Sunday 9 March 2014

Gunung Tambora



Gunung Tambora (Tomboro) terletak di pulau Sumbawa yang merupakan bagian dari kepulauan Nusa Tenggara. Gunung ini adalah bagian dari busur Sunda, tali dari kepulauan vulkanik yang membentuk rantai selatan kepulauan Indonesia. Tambora membentuk semenanjungnya sendiri di pulau Sumbawa yang disebut semenanjung Sanggar. Di sisi utara semenanjung tersebut, terdapat laut Flores, dan di sebelah selatan terdapat teluk Saleh dengan panjang 86 km dan lebar 36 km. Pada mulut teluk Saleh, terdapat pulau kecil yang disebut Mojo.

Dengan menggunakan teknik penanggalan radiokarbon, dinyatakan bahwa gunung Tambora telah meletus tiga kali sebelum letusan tahun 1815, tetapi besarnya letusan tidak diketahui. Perkiraan letusan pada tahun:
- Letusan pertama: 39910 SM
- Letusan kedua: 3050 SM
- Letusan ketiga: 740 M

Pada tahun 1812, gunung Tambora menjadi lebih aktif, dengan puncak letusannya terjadi pada bulan April tahun 1815. Besar letusan ini masuk ke dalam skala tujuh Volcanic Explosivity Index (VEI), dengan jumlah semburan tefrit sebesar 1.6 × 1011 meter kubik. Karakteristik letusannya termasuk letusan di lubang utama, aliran piroklastik, korban jiwa, kerusakan tanah dan lahan, tsunami dan runtuhnya kaldera. Letusan ketiga ini mempengaruhi iklim global dalam waktu yang lama. Aktivitas Tambora setelah letusan tersebut baru berhenti pada tanggal 15 Juli 1815.

Letusan gunung yang memiliki tinggi 2.851 meter itu menjadi letusan terbesar sejak letusan Danau Taupo pada tahun 181. Sebelumnya, Gunung Tambora memiliki tinggi 4882 mdpl dan menjadi puncak tertinggi kedua di Indonesia setelah Jaya Wijaya. Namun letusan yang luar biasa besar melenyapkan hampir separuh bobot tubuhnya.

Pada saat letusan terjadi, beberapa orang Belanda yang berada di Surabaya mencatat dalam buku hariannya mengaku mendengar letusan tersebut, juga beberapa orang di benua Australia bagian Barat Laut. Mereka mengira itu hanyalah suara gemuruh guntur karena tiba-tiba muncul awan mendung yang membuat redupnya sinar matahari.



Letusan Gunung Tambora merupakan letusan gunung terdahsyat sepanjang masa yang pernah tercatat pada era modern. Pada saat gunung Tambora meletus, daerah radius kurang lebih 600 km dari gunung Tambora gelap gulita sepanjang hari hampir seminggu lamanya. Letusan yang terdengar, melebihi jarak 2000 km dan suhu Bumi menurun hingga beberapa derajat yg mengakibatkan bumi menjadi dingin akibat sinar matahari terhalang debu vulkanis selama beberapa bulan.

Sehingga berdampak juga ke daerah Eropa & Amerika Utara mengalami musim dingin yg panjang. Sedangkan Australia dan daerah Afrika Selatan turun salju di saat musim panas. Peristiwa ini dikenal dengan “The year without summer” atau tahun tanpa musim panas. Total volume yang dikeluarkan Gunung Tambora saat meletus hebat hampir 200 tahun silam mencapai 150 kilometer kubik atau 150 miliar meter kubik. Deposit jatuhan abu yang terekam hingga sejauh 1.300 kilometer dari sumbernya.

Ahli botani Belanda, Junghuhn, dalam ”The Eruption of G Tambora in 1815”, menulis, empat tahun setelah letusan, sejauh mata memandang adalah batu apung. Pelayaran terhambat oleh batuan apung berukuran besar yang memenuhi lautan. Segala yang hidup telah punah. Bumi begitu mengerikan dan kosong. Junghuhn membuat deskripsi itu berdasarkan laporan Disterdijk yang datang ke Tambora pada 16 agustus 1819 bersama The Dutch Residence of Bima. Letusan Tambora memang dahsyat, bahkan terkuat yang pernah tercatat dalam sejarah manusia modern. Magnitudo letusan Tambora, berdasarkan Volcanic Explosivity Index (VEI), berada pada skala 7 dari 8, hanya kalah dari letusan Gunung Toba (Sumatera Utara), sekitar 74.000 tahun lalu, yang berada pada skala 8.

Jumlah korban tewas akibat gunung ini sedikitnya mencapai 71.000 jiwa tapi sebagian ahli menyebut angka 91.000 jiwa. Sebanyak 10.000 orang tewas secara langsung akibat letusan dan sisanya karena bencana kelaparan dan penyakit yang mendera.

Selain itu juga berikut beberapa akibat dari letusan Gunung Tambora:
- Lelehan lava panas dengan batu berterbangan ke langit bersama gas mematikan telah menewaskan sekitar 17.000 orang. Berikutnya, 400 juta ton gas sulfur menguasai langit hingga jauh di atas awan mencapai 27 mil ke strastofer, debu tebalnya bahkan telah menyelimuti Pulau Bali dan mematikan vegetasinya.
- Letusan Gunung Tambora itu terdengar hingga ke Pulau Sumatera, Makassar, dan Ternate sejauh 2.600 km.
- Saking tebalnya abu-abu yang berterbangan di langit, sepanjang daerah dengan radius 600 km dari gunung tersebut terlihat gelap gulita selama dua hari. Dikarenakan sinar matahari tak mampu menembus tebalnya abu-abu tadi.
- Abu dan debu Tambora melayang dan menyebar mengelilingi dunia, menyobek lapisan tipis ozon, menetap di lapisan troposfer selama beberapa tahun kemudian turun melalui angin dan hujan ke Bumi. Hujan tanpa henti selama delapan minggu memicu epidemi tifus yang menewaskan 65.000 orang di Inggris.
- Satu tahun berikutnya (1816), sering disebut sebagai tahun tanpa musim panas karena perubahan drastis dari cuaca Amerika Utara dan Eropa karena debu yang dihasilkan dari letusan Tambora ini.
- Terjadi gagal panen di China, Eropa, dan Irlandia. Bahkan terjadi tragedi kelaparan di Perancis yang menyulut kerusuhan di negeri itu.

Berikut ringkasan laporan kesaksian saat letusan Gunung Tambora terjadi, yang disarikan dari ”Transactions of the Batavian Society” Vol VIII, 1816, dan dan ”The Asiatic Journal” Vol II, Desember 1816.

Sumanap (Sumenep), 10 April 1815
Sore hari tanggal 10, ledakan menjadi sangat keras, salah satu ledakan bahkan mengguncang kota, laksana tembakan meriam. Menjelang sore keesokan harinya, atmosfer begitu tebal sehingga harus menggunakan lilin pada pukul 16.00. Pada pukul 19.00 tanggal 11, arus air surut, disusul air deras dari teluk, menyebabkan air sungai naik hingga 4 kaki dan kemudian surut kembali dalam waktu empat menit.

Baniowangie (Banyuwangi), 10 April 1815
Pada tanggal 10 April malam, ledakan semakin sering mengguncang bumi dan laut dengan kejamnya. Menjelang pagi, ledakan itu berkurang dan terus berkurang secara perlahan hingga akhirnya benar-benar berhenti pada tanggal 14.

Fort Marlboro (Bengkulu), 11 April 1815
Suaranya terdengar oleh beberapa orang di permukiman ini pada pagi hari tanggal 11 April 1815. Beberapa pemimpin melaporkan adanya serangan senjata api yang terus-menerus sejak fajar merekah. Orang-orang dikirim untuk penyelidikan, tetapi tidak menemukan apa pun. Suara yang sama juga terdengar di wilayah-wilayah Saloomah, Manna, Paddang, Moco-moco, dan wilayah lain. Seorang asing yang tinggal di Teluk Semanco menulis, sebelum tanggal 11 April 1815 terdengar tembakan meriam sepanjang hari.

Besookie (Besuki, Jawa Timur), 11 April 1815
Kami terbungkus kegelapan pada 11 April sejak pukul 16.00 sampai pukul 14.00 pada 12 April. Tanah tertutup debu setebal 2 inci. Kejadian yang sama juga terjadi di Probolinggo dan Panarukan, terus sampai di Bangeewangee (Banyuwangi) tertutup debu setebal 10-12 inci. Lautan bahkan lebih parah akibat dari letusan tersebut. Suara letusan terdengar sampai sejauh 600-700 mil.

Grissie (Gresik, Jawa Timur), 12 April 1815
Pukul 09.00, tidak ada cahaya pagi. Lapisan abu tebal di teras menutupi pintu rumah di Kradenan. Pukul 11.00 terpaksa sarapan dengan cahaya lilin, burung-burung mulai berkicau mendekati siang hari. Jam 11.30 mulai terlihat cahaya matahari menerobos awan abu tebal. Pukul 05.00 sudah semakin terang, tetapi masih tidak bisa membaca atau menulis tanpa cahaya lilin. Tidak ada seorang yang ingat ataupun tercatat dalam tradisi erupsi yang sedemikian besar. Ada yang melihat kejadian itu sebagai transisi kembalinya pemerintahan yang lama. Lainnya melihat kejadian itu dari sisi takhayul dan legenda bahwa sedang ada perayaan pernikahan Nyai Loro Kidul (Ratu Kidul) yang tengah mengawini salah satu anaknya. Maka dia tengah menembakkan artileri supernaturalnya sebagai penghormatan. Warga menyebut abu yang jatuh berasal dari amunisi Nyai Loro Kidul.

Makasar, 12-15 April 1815
Tanggal 12-15 April udara masih tipis dan berdebu, sinar matahari pun masih terhalang. Dengan sedikit dan terkadang tidak ada angin sama sekali. Pagi hari tanggal 15 April, kami berlayar dari Makassar dengan sedikit angin. Di atas laut terapung batu-batu apung, dan air pun tertutup debu. Di sepanjang pantai, pasir terlihat bercampur dengan batu-batu berwarna hitam, pohon-pohon tumbang. Perahu sangat sulit menembus Teluk Bima karena laut benar-benar tertutup.

Letusan Gunung Krakatau tahun 1983 terasa sudah sangat hebat, bayangkan, letusan Gunung Tambora ketika itu 4x lipat lebih dasyhat dibanding letusan Krakatau. Kisah yang memilukan ini sering dikaitkan dengan nama Tambora yang berasal dari dua kata, yakni "ta" dan "mbora" yang berarti ajakan menghilang.

Wallahualambissawab...

Posted on by Ridhan S. Purwandara in | 1 comment

Friday 7 March 2014

Mata Iblis Ditusuk Jarum Oleh Nabi Idris

Kesalehan Nabi Idrus as ternyata mampu mengalahkan kemampuan Iblis. Bahkan, hanya dengan sepucuk jarum jahit yang biasa digunakan untuk bekerja, dia mampu membuat mata Iblis menjadi buta.



Berikut kisahnya
Nabi Idris as merupakan sosok nabi dan rasul yang terkenal kesalehannya. Beliau merupakan keturunan keenam dari Nabi Adam as. Beliau lahir 1.000 tahun setelah wafatnya Nabi Adam as. Nama aslinya adalah Ukhunuh. Namun karena tekun mempelajari ilmu agama dan kitab-kitab Allah, maka beliau dikenal dengan nama Idris.

Menurut riwayat, Nabi Idris as adaalah seorang nabi pertama yang paling pandai menulis dengan bahasa dan dapat membaca. Karena kemampuannya membaca itu, Allah SWT telah menurunkan 30 syahifah yang berupa petunjuk untuk disampaikan kepada umatnya yang terdiri dari keturunan Qabil yang merupakan putra Nabi Adam as yang durhaka kepada Allah SWT.

Pandai Menjahit
Selain terkenal karena kemampuannya dalam menulis dan membaca, beliau juga dikenal sebagai orang pertama yang mampu menunggang kuda, mengetahui ilmu bintang, pandai mengira serta memerangi orang yang durhaka kepada Allah SWT. Beliau juga adalah orang pertama yang pandai menggunting dan menjahit pakaian yang dibuat dari kulit binatang.

Kehidupan sehari-harinya selalu diisi dengan kegiatan beribadah kepada Allah SWT serta menolong orang miskin. Pada saat waktu luang beliau gunakan untuk menjahit pakaian. Biasanya apabila pakaian itu siap, dia akan memberikannya kepada orang yang miskin. Di samping itu, setiap hari dia tidak pernah lepas dari berpuasa.

Nabi Idris as tidak pernah lupa untuk berbakti dan beribadah kepada Allah SWT meskipun dia sibuk menghadapi tugas-tugas harian. Nabi Idris as juga seorang yang gagah, beliau memiliki kekuatan luar biasa. Karena itulah beliau dikenali sebagai “Asadul Usud” atau singa dari segala singa.

Dengan dikaruniai Allah SWT sifat gagah itu, Nabi Idris as mampu memerangi orang yang durhaka kepada Allah SWT. Karena itulah beliau dimuliakan Allah SWT seperti penjelasan dalam Surat Maryam ayat 56-57:
Allah SWT berfirman, 
56. dan Ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi.
57. dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. 

Hal ini juga dikuatkan dalam surat Al Anbiya ayat 85-86: Allah SWT berfirman,
85. dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. semua mereka Termasuk orang-orang yang sabar.
86. Kami telah memasukkan mereka kedalam rahmat kami. Sesungguhnya mereka Termasuk orang-orang yang saleh.

Menikam Mata Iblis
Selama masa hidupnya, Nabi Idris as sangat takwa dan saleh, ini yang membuat iblis dan setan iri hati. Pada suatu hari ketika Nabi Idris as sedang duduk menjahit baju, tiba-tiba dan entah darimana datangnya, muncullah seorang laki-laki di depan pintu rumahnya sambil memegang sebutir telur di tangannya.

Iblis yang menyamar sebagai lelaki itu berkata, “Ya Nabiyullah, bisakah Tuhanmu memasukkan dunia ke dalam telur ini?
Sekilas Nabi Idris as melihat lelaki itu dan dia sudah mengetahui bahwa orang yang berada di hadapannya itu adalah iblis laknatullah yang sedang menyamar.
Nabi Idris as berkata, “Kemarilah, mendekatlah kepadaku dan tanyalah yang engkau mau.”
Iblis menyangka dirinya pandai menyamar dan mendekat Nabi Idris as. Dia terlihat senang karena merasa penyamarannya tidak diketahui oleh Nabi Idris as.
Iblis berkata, “Bisakah Tuhanmu memasukkan dunia ke dalam telur ini?”
“Jangankan memasukkan dunia ini ke dalam telur sebesar ini, bahkan ke dalam lubang jarumku ini pun Tuhanku berkuasa melakukannya,” jawab Nabi Idris as.
Lalu dengan secepat kilat Nabi Idris as menusuk mata iblis dengan jarumnya. Secepat kilat jarum itu mengenai matanya, dan iblis pun menjerit kesakitan. Dia terkejut dan tidak menyangka kalau Nabi Idris as akan mengetahui tipu dayanya.
Karena mata iblis tertusuk jarum Nabi Idris, maka matanya telah menjadi buta. Tanpa membuang waktu, iblis pun lari tunggang langgang hingga hilang dari pandangan Nabi Idris as.

Wallahualambissawab...


Gunung Krakatau



Pada masa purba tahun 535 M terdapat gunung yang sangat besar di Selat Sunda. Gunung ini kemudian meletus dahsyat dan menyisakan sebuah kawah besar (kaldera). Gunung yang meletus tersebut merupakan induk dari Gunung Krakatau yang kemudian meletus tahun 1883 dan menjadikannya salah satu letusan gunung terdahsyat di muka bumi.

Letusan gunung di Selat Sunda ini pernah tercatat dalam sebuah teks Jawa Kuno berjudul “Pustaka Raja Parwa” tahun 416 Masehi. Keterangan ini diperkuat pernyataan dua pakar geologi asal Belanda yaitu Verbeek (1885) dan Berend George Escher (1919, 1948). Keduanya lama bekerja di Indonesia dan melakukan penyelidikan tentang sejarah letusan Krakatau. B.G. Escher menyetujui bahwa yang dimaksud teks kuno Jawa tersebut adalah sebuah gunung yang kemudian dikenal sebagai Krakatau Purba yang pernah meletus.

Teks Jawa kuno “Pustaka Raja Parwa” menceritakan bagaimana dahsyatnya letusan gunung purba ini. Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula. Ketika air menenggelamkannya, Pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan Pulau Sumatera.
Akibat ledakan yang hebat itu, tiga perempat Krakatau Purba hancur dan menyisakan kaldera (kawah besar) di Selat Sunda. Sisi-sisi kawahnya kemudian dikenal sebagai Pulau Rakata, Pulau Panjang, dan Pulau Sertung.

Ledakan Krakatau Purba diperkirakan para ahli berlangsung 10 hari dengan kecepatan muntahan massa mencapai 1 juta ton per detik. Ledakan tersebut telah membentuk perisai atmosfer setebal 20-150 meter. Tidak hanya itu, bencana ini juga menurunkan temperatur bumi sebesar 5-10 derajat dalam kurun waktu 10 hingga 20 tahun dan menimbulkan penyakit sampar bubonic (Bubonic plague) karena temperatur bumi yang mendingin. Bahkan penyakit sampar ini juga secara signifikan mengurangi jumlah penduduk di muka bumi saat itu.

Letusan gunung ini juga diperkirakan ikut andil terjadinya abad kegelapan di muka bumi dan berakhirnya peradaban Persia purba, beralihnya bentuk Kerajaan Romawi ke Kerajaan Byzantium, berakhirnya peradaban Arabia Selatan, punahnya kota besar peradaban Maya, peradaban Tikal, serta peradaban Nazca di Amerika Selatan. Catatan penelitian Krakatau Purba dari Berend George Escher dan Verbeek juga didukung beragam dokumen sejarah dari Nusantara, Siria, dan Cina tentang sebuah bencana yang sangat dahsyat terjadi di abad 5 atau 6 Masehi dan mengakibatkan Abad Kegelapan di seluruh dunia. Ice Cores di Antartika dan Greenland juga mencatat jejak ion sulfate vulkanik berumur 535-540 M dan diperkirakan kiriman bencana dahsyat Gunung Purna Krakatau.

Gunung Krakatau sebelumnya pernah meletus tahun 1680 dan menghasilkan lava andesitik asam. Berikutnya tahun 1880, Gunung Perbuwatan di Pulau ini kembali aktif mengeluarkan lava tanpa letusan. Setelah masa itu, tidak ada lagi aktivitas vulkanis di Krakatau hingga 20 Mei 1883. Setelah 200 tahun tertidur, kemudian terjadi letusan kecil di Gunung Krakatau. Itulah tanda-tanda awal akan terjadinya lanjutan sebuah letusan dahsyat di Selat Sunda. Ledakan kecil ini kemudian disusul letusan kecil beruntun hingga puncaknya terjadi pada 26-27 Agustus 1883 dan tidak akan dilupakan penduduk Pulau Jawa dan Sumatera, bahkan penghuni Bumi.
Bumi dan manusia menjadi saksi, Senin, 27 Agustus 1883, tepat pukul 10.20 meletuslah Krakatau. Kekuatannya sangat dahsyat dan mengerikan. Para ahli menyebut bahwa saat itu letusannya setara dengan 13.000 kali kekuatan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Keesokan harinya sampai waktu yang cukup lama, penduduk Batavia (Jakarta) dan Lampung tidak lagi melihat sinar Matahari karena tertutup kabut asap yang amat tebal.

Letusan Krakatau menghancurkan Gunung Danan, Gunung Perbuwatan, serta sebagian Gunung Rakata dimana setengah kerucutnya hilang lalu membuat cekungan selebar 7 km sedalam 250 meter. Sekitar 23 km² bagian pulau ini termasuk Gunung Perbuwatan dan Gunung Danan surut ke dalam kaldera. Ketinggian asli Gunung Danan saat itu sekitar 450 meter kemudian runtuh sampai kedalaman 250 m di bawah permukaan laut. Suara ledakan dan gemuruh letusan Krakatau telah terdengar sampai radius lebih dari 4600 km hingga terdengar sepanjang Samudera Hindia, dari Pulau Rodriguez dan Sri Lanka di barat, hingga ke Australia di timur. Letusan tersebut masih tercatat sebagai suara letusan paling keras yang pernah terdengar di bumi.

Simon Winchester, ahli geologi dari Universitas Oxford Inggris sekaligus penulis National Geographic mengatakan bahwa ledakan Krakatau adalah yang paling besar, suara paling keras dan peristiwa vulkanik yang paling meluluhlantakkan dalam sejarah manusia modern. Suara letusannya terdengar sampai 4.600 km dari pusat letusan dan bahkan dapat didengar oleh 1/8 penduduk bumi saat itu.
Letusan Krakatau melemparkan batuan apung dan abu vulkanik bervolume 18 kilometer kubik. Debu vulkanisnya menyembur hingga 80 km. Hamburan benda-benda bumi berterbangan ke udara lalu jatuh di dataran Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Bahkan benda vulkanik juga telah tiba hingga ke Sri Lanka, India, Pakistan, Australia, dan Selandia Baru. Ribuan orang di Pulau Sumatera tewas akibat debu panasnya dan mega tsunami. Gelombang laut raksasa itu naik setinggi 40 meter lalu menghancurkan pemukiman desa dan apa saja yang berada di pesisir pantai. Tidak hanya tsunami yang terjadi tetapi juga diikuti longsoran bawah laut.

The Guiness Book of Records mencatat ledakan Krakatau sebagai ledakan yang paling hebat yang terekam dalam sejarah. Korban tewas resmi yang dicatat pemerintah Hindia Belanda adalah 36.417 jiwa, meskipun beberapa sumber memperkirakan lebih dari 120.000 jiwa. Korban yang tewas berasal dari 295 kampung di kawasan pantai mulai dari Serang hingga Cilamaya di Karawang, pantai barat Banten hingga Tanjung Layar di Pulau Panaitan serta ke Sumatera Selatan. Di Ujung Kulon, tsunami masuk sampai 15 km ke arah barat. Gelombang tsunami juga merambat hingga ke Hawaii, pantai barat Amerika Tengah, dan Semenanjung Arab yang jauhnya 7 ribu km. Ada laporan yang didokumentasikan dimana tengkorak manusia mengambang di atas rakit di Samudra Hindia sampai satu tahun setelah letusan.

Dampak gabungan dari aliran piroklastik, abu vulkanik, dan mega tsunami telah mengakibatkan salah satu bencana terbesar di muka bumi. Kedashyatan letusan Krakatau tidak sebesar letusan Gunung Toba dan Gunung Tambora yang juga masih di Indonesia, Gunung Tanpo di Selandia Baru, dan Gunung Katmal di Alaska. Akan tetapi, populasi manusia di sekitaran Krakatau saat itu sudah cukup padat dan bencana ini juga terekam oleh perkembangan sains dan teknologi yang berkembang saat itu. Letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut. Namun, ahli geologi saat itu belum mampu memberikan penjelasan mengenai penyebab letusannya.

Peneliti dari University of North Dakota menyebut ledakan Krakatau bersama ledakan Tambora (1815) mencatatkan nilai Volcanic Explosivity Index (VEI) terbesar dalam sejarah modern. Letusan Krakatau telah menyebabkan perubahan iklim global bumi. Dunia menjadi merasakan siang harinya gelap selama 2 ½ hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Sinar Matahari redup tertutup kabut asap selama hampir setahun berikutnya. Hantaran debu vulkanik ini bahkan tampak di langit Norwegia di Eropa hingga ke New York di Amerika Serikat.

Setelah letusannya Krakatau 1883, dua pertiga dari pulau Krakatau runtuh tenggelam ke dasar laut lalu tiba-tiba 44 tahun setelahnya yaitu pada 1927, sebuah pulau baru muncul di lokasi yang sama dan sesekali mengeluarkan semburan lava. Pulau baru itu disebut Anak Krakatau. Anak Krakatau menyeruak ke permukaan bumi dari kawasan kaldera purba tersebut. Gunung ini pun ternyata masih aktif dan terus bertambah tingginya sekitar 20 inci per bulan. Dalam setahun menjadi lebih tinggi sekitar 20 kaki dan lebih lebar 40 kaki. Catatan lain menyebutkan penambahan tingginya sekitar 4 cm per tahun dan jika dihitung maka dalam waktu 25 tahun penambahan tingginya mencapai 7.500 inci atau 500 kaki lebih tinggi dari 25 tahun sebelumnya.

Penyebab bertambah tingginya gunung ini disebabkan material yang keluar dari perut gunung baru tersebut. Saat ini ketinggian Anak Krakatau mencapai sekitar 230 meter di atas permukaan laut, sementara Gunung Krakatau sebelumnya memiliki tinggi 813 meter dari permukaan laut. Tidak ada teori yang masuk akal tentang kapan Anak Krakatau akan kembali meletus. Profesor Ueda Nakayama, seorang ahli gunung api dari Jepang, menyatakan bahwa Anak Krakatau masih relatif aman meski aktif dan sering ada letusan kecil, hanya ada saat-saat tertentu dimana wisatawan dilarang mendekati kawasan ini karena bahaya lava pijar yang dimuntahkannya.

Wallahualambissawab...

Gunung Toba



Apabila mendengar kata Gunung Toba mungkin hanya sebagian orang yang tau bahwa Gunung tersebut ada. Mungkin yang lebih dikenal adalah Danau Toba, sebuah Danau yang terletak di Sumatera Utara dan merupakan Danau terbesar di Indonesia bahkan Asia Tenggara. Ternyata Danau Toba tersebut berasal dari letusan Gunung Toba atau yang dikenal sebagai Youngest Toba Tuff (YTT). Gunung Toba ini tergolong Supervolcano, hal ini dikarenakan Gunung Toba memiliki kantong magma yang besar yang jika meletus kalderanya besar sekali. Volcano kalderanya ratusan meter, sedangkan Supervolacano itu puluhan kilometer. Letusan Gunung Toba ini menjadi terbesar di Bumi dalam dua juta tahun terakhir. Gunung Toba sampai saat ini masih memiliki anak, yaitu Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak.


Sebelumnya Gunung Toba pernah meletus tiga kali :
Letusan pertama terjadi sekitar 800 ribu tahun lalu. Letusan ini menghasilkan kaldera di selatan Danau Toba, meliputi daerah Prapat dan Porsea.
Letusan kedua yang memiliki kekuatan lebih kecil, terjadi 500 ribu tahun lalu. Letusan ini membentuk kaldera di utara Danau Toba. Tepatnya di daerah antara Silalahi dengan Haranggaol. Dari dua letusan ini, letusan ketigalah yang paling dashyat.
Letusan ketiga 74.000 tahun lalu menghasilkan kaldera, dan menjadi Danau Toba sekarang dengan Pulau Samosir di tengahnya.
Letusan Gunung Toba merupakan letusan gunung berapi yang paling dahsyat yang pernah diketahui di planet Bumi ini dan hampir memusnahkan generasi umat manusia di planet Bumi. 74.000 tahun yang lalu, letusan dari supervolcano di Indonesia ini hampir memusnahkan seluruh umat manusia, hanya sedikit yang selamat. Kedahsyatan letusan gunung Toba merupakan 3 besar letusan volcano terdahsyat di planet bumi. Saat Toba meletus, jutaan ton asam sulfat dilepaskan ke stratosfer sehingga menciptakan kegelapan total selama enam tahun dan suhu beku sedikitnya 1.000 tahun, lalu diikuti cuaca dingin ribuan tahun. Fotosintesis melambat, bahkan hampir mustahil terjadi, menghancurkan sumber pakan manusia dan hewan.
Letusan ini tidak bisa dibandingkan dengan krakatau yang menyebabkan sepuluh ribu korban jiwa pada tahun 1883. Padahal krakatau memiliki daya ledak setara dengan 150 megaton TNT. Sebagai perbandingan: ledakan Bom Nuklir hiroshima hanya memiliki daya ledak 0,015 megaton, dan secara lisan maka daya musnahnya 10.000 kali lebih lemah dibanding krakatau.

Bersamaan dengan gelombang besar tsunami, ada 2.800 kilometer kubik abu yang dikeluarkan, yang menyebar ke seluruh atmosfir bumi kita. Yang mungkin telah mengurangi jumlah populasi manusia menjadi hanya sekitar 5000 sampai 10000 manusia saja. Sebenarnya manusia jaman sekarang berasal dari beberapa ribu manusia yang selamat dari letusan super volcano Toba 74.000 tahun yang lalu Oleh karena itu Gunung berapi di Indonesia bertanggung jawab atas hampir musnahnya umat manusia. Dan Dari 60 hingga 70 gunung berapi yang dapat ditemuai di area tersebut (Indonesia) sekarang. Beberapa diantaranya menjadi aktif kembali dalam beberapa bulan maupun beberapa minggu setelah gempa di dasarlaut pada bulan desember 2004.

Rekaman tentang petaka Toba itu awalnya terbaca pada lapisan es beku di sudut Bumi. Pada awal 1990-an, Gregory A. Zielinski, geolog dari University of Massachusetts, menemukan lapisan asam belerang sebanyak 2-4 megaton dalam inti es di Greenland. Zielinski ahli dalam menemukan rahasia yang terkubur di dalam lapisan es kuno. Volume asam belerang tersebut setara 25 kali tingkat polusi yang disebabkan seluruh industri dunia saat ini. Lalu setelah menganalisis usia lapisan, dia menemukan, timbunan asam belerang itu terbentuk dalam kurun waktu enam tahun pada periode 71.000-75.000 tahun lampau!

Michael Rampino, geolog New York University, mengebor dasar laut untuk melacak iklim pada masa lalu. Dengan menganalisis dua isotop oksigen (Oksigen-16 dan Oksigen-18) yzng terdapat dalam cangkang mini yang disebut foraminifera, dia bisa mengetahui suhu lautan pada masa lalu. Rampino tersentak kaget saat mengetahui pada suatu masa suhu lautan tiba-tiba turun drastis, hingga 5 derajat celcius. Dan perubahan itu terjadi tiba-tiba. "Sistem iklim global seperti diputar tombolnya, tiba-tiba, dari panas menjadi dingin," katanya. Rampino kemudian melacak kurun peristiwa itu terjadi. Dia menemukan penanda waktu yang nyaris sama dengan saat hujan asam belerang di Greenland yang ditemukan Zielinski.

Walaupun para ahli masih belum bersepakat dengan skala besaran letusannya, semua sepakat: kehidupan manusia tak lagi mudah setelah Toba meletus.

Wallahualambissawab...

Pendapat Tentang Ras Lyran (Alien)

Ilustrasi

Dalam sebuah wawancara Albert Einstein pernah menyebutkan bahwa dia menyakini keberadaan piring terbang atau yang biasa dikenal dengan UFO (Unidentified Flying Object) dan ia memperkirakan bahwa pesawat-pesawat itu digerakan oleh manusia yang berasal dari planet lain (Alien). Mereka itu merupakan keturunan dari manusia-manusia yang dahulu pernah tinggal di bumi 20.000 tahun yang lalu.

Pendapat Albert Einstein, ini nampaknya sejalan dengan pendapat Nazwar Syamsu, seperti tertulis dalam bukunya ‘Tauhid dan Logika’. Beliau menyakini dimasa sebelum bencana Nuh (diperkirakan pada masa 13.000 tahun yang lalu) Bani Adam telah mencapai kemajuan ilmu pengetahuan yang sangat tinggi dan telah mengenal teknologi penerbangan antar planet.

Berdasarkan dua pendapat di atas sangat mungkin pada sekitar 20.000 tahun yang lalu umat manusia telah mencoba menjajaki kehidupan di planet-planet di luar Bumi dan telah melakukan migrasi besar-besaran serta telah membentuk komunitas yang dikenal oleh Ahli Ufologi sebagai Ras Lyran.

Jika kita kembali ke masa 20.000 tahun yang silam diperoleh informasi dimasa itu terdapat dua peradaban besar yaitu Dinasti Rama (berada di tanah India) dan Bangsa Lemuria (diperkirakan berada sebelah timur Nusantara/Samudera Pasifik). Dari kedua peradaban itu Bangsa Lemuria dikisahkan bermigrasi di luar Bumi untuk menghindari peperangan.

Kuat dugaan Bangsa Lemurian inilah yang menjadi cikal bakal Ras Lyran. Bukti bahwa Ras manusia di Bumi lebih tua dari Ras Lyran bisa terlihat dari beraneka ragamnya etnis, warna kulit, dan budaya yang terdapat di Bumi, jika dibandingkan dengan Ras Lyran yang menurut Ahli Ufologi memiliki persamaan budaya dan ciri fisik antara satu dengan lainnya.

Ketika di Bumi terjadi bencana global Nuh yang mengakibatkan umat manusia kembali kepada peradaban primitif, Bangsa Lemurian yang berada sekitar 2.300 tahun cahaya dari Bumi (Constellation of Lyra) tidak merasakan dampaknya. Bangsa ini masih memiliki teknologi yang sangat tinggi, bahkan sebagian dari mereka ada yang kembali ke Bumi membangun peradaban Atlantis. Namun peradaban ini tidak berlangsung lama pada sekitar 11.600 tahun yang lalu (menurut catatan Plato) peradaban ini musnah dihancurkan gelombang air laut dalam satu malam,

Wallahualamubishshawab…